Sabtu, 18 September 2021

Ini Cara Saya Tidak Takut Covid-19 Apalagi Mati!

Tahun 2021 menjadi awal perubahan finansial keluarga saya. Mengalami hidup dan bekerja yang begini-begini saja, saya takut tidak bisa melanjutkan hidup dengan normal. Ditambah kondisi Indonesia yang selalu dibilang akan / sudah kolaps oleh media.

Kebetulan kondisi tempat saya bekerja tidak terlalu terdampak pada tahun 2020. Tapi seiring berjalannya 2021, mulai dari PSBB hingga PPKM yang berkelanjutan membuat daya beli masyarakat juga menurun, ya mau tidak mau perusahaan tempat saya bekerja mulai merasakannya di bulan Mei 2021.


Roadmap finansial keluarga saya slowly but sure sajalah, daripada tidak. Saya sudah buat Google Sheet untuk pantau perkembangan aset saya, lalu ada blog ini sebagai bekal finansial untuk anak saya kelak.

Juli 2021, Puji Tuhan saya sudah lengkap vaksin ke-2 Sinovac. Istri saya melakukan vaksin ke-2 Sinovac di awal Agustus 2021. Tetapi walaupun saya sudah lengkap vaksin, tetap saja saya drop setelahnya dan ternyata hasil swab antigen dan PCR saya positif (meski dengan nilai CT 23,10 dari minimal 40). Satu minggu di sarankan untuk isolasi mandiri, dan cukup 7 hari saja setelah saya dinyatakan terpapar, saya sudah sembuh (yaa dengan sedikit efek long covid yang tersisa).

Bulan Juli 2021 kita se-Indonesia merasakan parahnya Covid-19 varian Delta. Saking parahnya varian tersebut, sempat setengah karyawan di tempat saya bekerja perlu isolasi mandiri dan penanganan khusus. Paling parah adalah tiap seminggu sekali ada berita duka, entah dari tempat bekerja, kerabat, dsb. Kematian orang-orang tersebut membuat saya takut jika sewaktu-waktu meninggalkan keluarga kecil saya saat itu. Terlebih mengetahui ada kerabat yang meninggal dan memiliki anak masih bayi, kasihan istrinya masih perlu merawat anak dan mencari nafkah.

Berdasarkan ketakutan tersebut, saya memikirkan bagaimana saya bisa meninggalkan sesuatu ketika saya meninggal dan bisa memberikan nafas beberapa tahun untuk keluarga kecil saya. Bukan dari hasil investasi, karena investasi di mata saya perlu long term untuk mencapai nominal yang diinginkan.

ASURANSI JIWA JAWABANNYA!

***

Sebelum membeli produk asuransi, saya sarankan untuk pelajari dulu basic pengetahuan tentang asuransi ya! Karena mindset memiliki produk asuransi harus benar dulu. Asuransi bukanlah investasi, tetapi merupakan proteksi.

Kalau cara bodoh saya berpikir ya.. Saya menabung uang receh untuk warisan saya kelak. Kok bisa menabung untuk warisan? Karena saya pilih produk dengan uang pertanggungan lebih besar daripada total premi yang saya bayarkan nantinya.

Jadi saya beli asuransi via aplikasi insuretech Qoala.id karena saya millenials dan menurut saya tidak terlalu butuh bantuan agen. Toh dari Qoala sudah menyediakan tim advisor dalam mendampingi kita memilih asuransi. Tugas advisor ini semacam RM (Relation Manager) kalau di fintech.

Selebihnya cek postingan saya terkait review Qoala.id ya!

Nah, bisa dilihat disamping adalah transaksi saya membeli produk asuransi jiwa dari Simas Jiwa dengan uang pertanggungan 1 Miliar (plan O). Berapa premi yang saya bayar untuk UP 1 Miliar? Hanya 1,7 juta untuk setahun. FUN FACT: karena insuretech tidak memakai agen, biasanya mereka memberikan promo / diskon. Karena saya baru pertama kali membeli, saat itu saya hanya bayar 1,1 juta kalau tidak salah ingat.

Bisa di cek asuransi online lainnya, pasti ada promo / diskon menarik. Contoh: Lifepal, Astra Life, FWD, dsb

Eh iya, kebetulan PT Asuransi Simas Jiwa ini termasuk salah satu dari 20 perusahaan asuransi terkuat di Indonesia loh! Jadi saya juga merasa lebih aman, tidak seperti di asuransi BUMN yang sedang tersandung kasus itu.

***

Mungkin ada pertanyaan:

Lah? Rugi dong kalau tiap tahun bayar 1,7 juta tapi tidak bisa menikmati uang 1 Milyar nya?

Mohon maaf nih ya ðŸ˜…, ya kalau mau 1 Milyar cair, artinya saya meninggal dong? Hehe. Kalau ada pertanyaan seperti itu, kembali lagi ke mindset-nya yang perlu benar dulu sebelum memiliki produk asuransi. Inti dari memiliki asuransi kan untuk proteksi. Betul atau betul?

Saya kan ingin jiwa saya diproteksi: jika saya meninggal, saya bisa memberi anak-istri saya uang saku untuk menjalani hidup tanpa saya. Sedangkan pertanyaan diatas, posisinya ingin menikmati uang 1 Milyar tanpa meninggal lebih dulu. Kalau saya bisa kagebunshin, mungkin bisa ya. Hehe.

Lalu kalau bayar preminya per 1 tahun, nantinya tiap tahun akan selalu bayar sampai meninggal?

Planning saya sih cukup sampai anak saya masuk kuliah ya. Jadi tidak perlu sampai saya meninggal, menurut saya sih pemborosan. Lagipula nilai 1 M di 10-15 tahun lagi juga tidak akan bulat sama dengan 1 M seperti saat ini.

Kenapa begitu? Apa pertimbangannya?

Pertimbangannya: ketika anak saya sudah masuk kuliah paling tidak 4-5 tahun menyelesaikan studinya. Harapan saya, untuk dana pendidikan anak sudah cover dari hasil investasi saya sejak saat ini. Jadi jika saya meninggal saat anak saya baru saja masuk kuliah, uang tersebut pure untuk biaya bertahan hidup anak dan istri saya.

Kalkulasi saya, dengan angka pengeluaran per bulan saat ini, uang pertanggungan 1 Milyar tersebut bisa memberi nafas keluarga saya untuk bertahan hidup kurang lebih selama 15 tahun ke depan, setelah saya meninggal.

Dan lagi, anak saya tentunya setelah lulus kuliah akan bekerja dengan harapan tidak perlu membebani istri saya setelah bekerja kan? Jika dengan skenario ini, tentunya pengeluaran bulanan menjadi lebih kecil dan bisa memperpanjang nafas lagi. Yah, hitungan kasar saya bisa buat 23 tahun istri "bernafas."

Apakah menguntungkan dengan spend uang segitu banyak?

Sudah pernah saya konsultasikan ke Ibu Menteri Keuangan Rumah Tangga. Cara hitungnya bodoh saja. Coba ditotal biaya yang perlu dikeluarkan untuk premi, lalu selisihnya dari uang pertanggungan berapa?

Dengan saya memilih SIJI Guard 1 Plan O, saya masih dapat 96,3% dari total uang pertanggungan tersebut. Very very worth it kan untuk proteksi saya sampai umur segitu?

***

Jadi bagaimana? Sudah mempertimbangkan memiliki asuransi untuk keluarga anda?

Share:

0 komentar:

Posting Komentar