Kamis, 01 April 2021

Bijaksana di Gaji Pertama


Gaji pertama? Buat apa ya?

Sering sekali kita mendengar banyak cerita dari teman-teman kita, dari forum dan banyak sekali hal yang dibahas tentang gaji pertama.

  • Buat senang-senang dulu lah! Itung-itung self reward.
  • Bantu orang tua deh, SPP adek sekarang lumayan juga.
  • Traktir teman-teman kantor kali ya? Syukuran gitu.

Boleh, apapun boleh dirimu lakukan karena memang itu gaji pertama mu, kan?

~***~

Sedikit cerita, gaji pertama saya setelah lulus diploma. Saat itu saya bersama kurang lebih 20++ teman seangkatan saya di politeknik merantau ke Jawa Barat. Namanya pertama kali kerja, pasti masih membuat circle dong, setiap minggu mampir dari kontrakan ke kontrakan lain untuk sharing dan tidak sedikit berkeluh kesah. Akhir bulan, tibalah waktunya gajian. Menurut saya, gaji UMR saya saat itu cukup besar. Tetapi semua berubah setelah seminggu berselang. Ternyata, teman-teman saya jauhhh lebih besar.

Enam bulan bekerja, saya mulai heran, Tabungan tidak ada, barang-barang mewah juga tidak punya. Kos saja 2x3 meter diisi berdua (dengan teman saya). Jika dibandingkan dengan teman seperjuangan saat merantau, mereka juga tidak punya tabungan tetapi banyak dari mereka yang sudah ganti motor, ganti smartphone, beli laptop, rumah orang tuanya di renovasi, dsb.

Apa yang membuat saya sadar adalah teguran dari orang-orang yang lama tak berjumpa dengan saya.

"Wah edan cocok ya di perusahaan sekarang? Gede banget awakmu cukk!"

Wah ya juga ya. Awal saya bekerja berat badan hanya 73 kg kemudian mblending sampai 85 kg. Setelah dipikir-pikir, kenapa saya tidak punya tabungan dan barang mewah? Ternyata pengeluaran saya mengucur deras hanya untuk makanan. Ya setelah refleksi dan kontemplasi, memang sejak kecil saya jarang makan makanan enak. Jika ingat jaman SMP, saat itu saya punya teman yang dermawan sekali. Di SMA, saya justru hemat sekali karena saya menciptakan menu baru di burjo langganan saya. Nasi Tic Tac, hanya dengan 3000 perak (sepiring nasi dan dua bungkus tic tac rasa sapi panggang), kenyang sudah milik saya. Nah, kembali di masa bekerja, uang yang saya pegang tiap bulannya adalah Top 3 UMR terbesar di Indonesia. Betapa bocor alus-nya keuangan saat itu.

~***~

Lalu? Menurut Syarbel, apa yang harusnya dilakukan dengan gaji pertama?

HABISKAN!!

Gila kali ya? Tapi sah-sah saja kok. Kan itu uangmu, jadi hak dan kontrol atas gaji pertamamu ada di dirimu sendiri. Gaji pertama menurut saya wajar jika habis. Karena untuk menutupi keuangan di bulan sebelumnya. Maksud saya begini, ambil contoh kasus di saat saya dan teman-teman datang ke Jawa Barat untuk merantau. Merantau itu butuh biaya, dari pindahan perlengkapan, pindahan motor sampai tiket untuk ke tempat tujuan. Belum lagi kalau tempat bekerja minta Medical Check Up mandiri dahulu, dengan janji bisa di reimburse di gaji pertama. Itu saja sudah banyak mengeluarkan uang loh! Belum lagi harus membiayai diri sendiri selama sebulan. Kos, bensin, makan, laundry, dsb. Jika biaya-biaya tersebut menggunakan tabungan pribadi, anggap gaji pertama tersebut sebagai pengganti dari biaya awal bekerja. Gunakan untuk dirimu sendiri. Contoh:

  • Percantik diri sendiri dengan: beli baju / sepatu / jam yang lebih bagus, potong rambut yang lebih trendy agar teman sekantor respect / excited melihat dirimu
  • Beli buku / webinar yang dapat meningkatkan ilmu mu di kantor. Atasan akan senang loh, kalau kita inisiatif, ya kan?

Mungkin ada beberapa orang yang masih menerima back up dari orang tua saat bulan pertama bekerja. Nah ini bisa juga kita mengganti ke orang tua. "Pak..Bu., makasih ya kemarin awal kerja udah dibantuin dulu." Ya meskipun tidak semuanya bisa kita ganti saat itu, at least orang tua ikut proud karena kita memperlihatkan tanggung jawab. Jadi keliatan dewasa gitu, kan keren. He he he. Tapi berbeda lagi kalau gaji pertama kita kasih ke orang tua, gaji kedua orang tua minta, dan seterusnya orang tua minta jatah, itu namanya sandwich generation. Itu nanti dibahas di episode lain saja.

Selanjutnya sisihkan beberapa untuk dana darurat. Poin ini adalah hal yang paling saya sesali tidak saya terapkan kala itu. Karena sesedikit apapun, ini akan membantu kita melatih habit dalam mengatur keuangan pribadi. Step by step akan saya jelaskan di episode lainnya ya! Sabar!

Conclusion nya apa?

50 - 50 rule di gaji pertama. 40 atau 45% gunakan untuk "mengganti biaya awal bekerjamu," entah itu mengganti orang tua, atau mengganti dirimu sendiri. 5 atau 10% simpan untuk dana daruratmu. Jangan melakukan kesalahan saya saat pertama kali bekerja. Sedangkan sisanya 50% disiapkan untuk menjalani bulan kedua.

cr: wikihow

Tapi kalau gajinya cuma UMR dikit dong?

Gak ngaruh. Mau besar mau kecil gaji pertamamu, yang penting spending dan habit-mu tertata rapi. Misal kita ambil contoh dengan gaji pertama 5 juta rupiah:

  1. Mengganti biaya awal kerja 40% = Rp 2.000.000,-
  2. Dana darurat 10% = Rp 500.000,-
  3. Survive di bulan kedua 50% = Rp 2.500.000,-

Cukup nggak? Nggak cukup? Ya dicukup-cukupin! Justru karena awal bekerja, kita harus survive dulu. Di bulan pertamamu, apakah lumrah makan nasi kucing, nasi uduk atau mie ayam gerobak? Kalau sudah terbiasa gausah ngadi-ngadi deh, gegayaan makan All You Can Eat tiap weekend. Dengan biaya yang sama, kamu juga bisa all you can eat di nasi kucing langgananmu! Mau mukbang di restoran korea biar kaya youtuber? Coba lihat video Bang Afi Udin yang sempat viral. Beliau juga bisa mukbang a la dirinya sendiri. Hanya makan nasi dan sambel.

So, pastikan bijak dalam gaji pertama mu ya! Kalau misal masih bingung, boleh kok tanya-tanya via email / akun instagram. Bijaksana dan disiplin yang dimulai sejak gaji pertamamu, tentunya akan membantumu success di gaji-gaji selanjutnya. Godspeed!

Share:

0 komentar:

Posting Komentar